MH #04 - Istimewa

Sahabatku, 

Kita sering kali menjadikan objek ciptaanNya sebagai yang paling berharga untuk kita sehingga kita lupa meletakkan Dia yang pertama di hati kita. Dan meskipun kita mengutamakan yang lain selainNya, tetap sahaja di sisi Allah kita adalah makhluk yang berharga. Jadikanlah Allah yang paling berharga di sisimu. Renunglah kembali prioritas utama dalam hidup kita dengan meletakkan Allah sebagai yang paling berharga di sisi kita… 

“Kerana Tuhanku... begitu berharga buat diriku” 

Klik gambar untuk muat turun

MH #3- Saksi Manusia

Saksi Manusia

Kehidupan adalah peluang. Peluang yang diberikan oleh Allah kepada hamba-hambaNya. Peluang yang wajar dimanfaatkan oleh setiap hamba untuk menjadi khalifah di muka bumi dengan menegakkan Islam sebagai cara hidup dan pada masa yang sama, menyerahkan diri (beribadat) kepada Allah.

Ya, peluang itu sentiasa ada, cuma setiap peluang terletak pada kemahuan kita. Adakah kita ingin mengambil manfaat daripada peluang-peluang yang ada ataupun sebaliknya?

Masa...

Muat turun artikel penuh.

Klik gambar untuk muat turun.

MH #02 - Peluang

Alhamdulillah 

Here is the link to download

Download

MH #1 2012

Alhamdulillah

New MH is released now !!!

Download

Siapakah kita?

Assalamualaikum

Alhamdulillah, selawat dan salam ke atas Junjungan tercinta Nabi Muhammad S.A.W.

Segala puji bagi Allah di atas segala yang kita perolehi hari ini, sekalung TAHNIAH juga kepada semua sahabat-sahabat yang berjaya dengan cita masing-masing untuk bergelar seorang doktor. Pasti sibuk bukan? Masa yang terhad dengan kerja dan tugasan yang banyak. As-Syahid Imam Hassan al-Banna pernah berkata ‘al-wajibat aksaru minal auqot’ yang bermaksud kerja dan kewajipan itu lebih banyak daripada masa-masa yang kita ada. Kesibukan ini juga mungkin membuat kita tersasar sedikit daripada beberapa perkara yang perlu kita ambil cakna:-

1.Kita adalah ABDULLAH

Firman Allah :

“ Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembahku” Az-Zariyat : 56

Semua pasti maklum mengenai ayat ini. Ya, kita adalah hamba, dan inilah status manusia sejak dari Nabi Adam sehingga manusia terakhir yang bisa hidup. Namun, kita bukanlah hamba biasa, kita adalah MANUSIA, dibekalkan dengan nafsu dan fikiran. Nafsu membezakan kita dengan malaikat, fikiran pula membezakan kita dengan haiwan. Anugerah ini meletakkan kita satu amanah besar menjadi khalifah di muka Bumi ini. Maka bertuahlah bagi mereka yang memilih untuk menyucikan hati mereka kerana dengan ini mereka sentiasa merasai jiwa seorang hamba.

Nafsu membezakan kita dengan malaikat, akal fikiran pula membezakan kita dengan haiwan.

2.Kita adalah BERSAUDARA

Kita tahu bahawa kita adalah bersaudara, tetapi adakah kita benar-benar memaksudkan pengetahuan kita? Lihat sahaja saudara kita di Palestin, mereka dibunuh dan diseksa. Darah mereka seolah-olah cecair kosong yang boleh ditumpah, mengikut suka. Jika di sana mereka dibunuh oleh sang kafir, bagaimana pula di sini? Di sini Zionist tidak perlu menghantar tentera elit mereka, cukup dengan tangan-tangan yang membunuh anak-anak hasil zina. Sadis bukan? Jadi, kalau kita benar-benar mengambil peduli hal mereka di Palestin, ambil berat juga hal mereka yang ada di sekeliling kita. Sungguh orang yang tidak rugi adalah orang yang berpesan dengan kebenaran dan kesabaran. Jom hidup bernasihat dan bersyariat.

Di sini Zionist tidak perlu menghantar tentera elit mereka, cukup dengan tangan-tangan yang membunuh anak-anak hasil zina.

3.Kita adalah umat Rasulullah.

Kita adalah umat Rasulullah, nabi terakhir yang diutuskan kepada umat manusia. Nabi yang paling istimewa yang diutuskan kepada kita selaku umat akhir zaman. Perjuangan Rasulullah membawa Islam bukanlah satu perkara yang mudah, baginda dicaci, dimaki dan dicederakan. Akhirnya Islam itu menjadi satu cara hdiup yang diterima dari kurun ke kurun sehinggalah ke zaman kita. Kasihnya Rasulullah kepada umatnya sehingga ke akhir nafas baginda tetapi adakah kita kasih kepada Rasulullah sedemikian rupa? Satu hadiah yang tidak ternilai untuk umatnya adalah syafaat baginda itu sendiri. 

Daripada Anas Bin Malik r.a., Nabi S.A.W bersabda: " bagi setiap nabi terdapat doa (yang telah dikabulkan di dunia) untuk umatnya. Tetapi aku telah menyimpan doaku sebagai syafaat untuk umatku pada hari khiamat." Riwayat al-Bukhari dan Muslim

Jangan biarkan kesibukan harian melupakan kita daripada mengingati Rasulullah, berselawatlah, berselawatlah dan berselawatlah, semoga Rasulullah gembira andai baginda bersama kita dan agar Rasulullah berbangga dengan umatnya di akhirat sana.

4.Kita akan MATI

Sungguh kematian itu adalah satu jaminan daripada Allah. Ikhwah dan akhawat fillah, kita mungkin boleh memilih profesion kita, mengubah status dari seorang pelajar kepada seorang doktor, daripada seorang doktor menjadi seorang pakar perubatan, tetapi kita tidak dapat memilih status sementara kita sebelum ke alam akhirat- iaitu menjadi seorang MAYAT. Jika kita inginkan kehidupan yang berjaya, maka pasang juga keinginan untuk mendapatkan kematian yang berjaya. Jika kita ingin berjaya sebagai seorang doktor, maka berkeinginan jugalah untuk menjadi seorang mayat yang berjaya. Keinginan tanpa disertai amal pasti tidak menghasilkan apa-apa. oleh itu, pastikan setiap masa adalah kerana Allah agar kita tidak menjadi hamba yang sia-sia.-MH

Time's up - Death note

And for every nation is a [specified] term. So when their time has come, they will not remain behind an hour, nor will they precede [it].” [7:34]

Death.

A constant reminder, for those who are granted more time on this earth, that we will perish one day. The time is not ours, yet we still feel it is never enough, and somehow we wasted it. It is like, we borrowed some books from the library, yet we don’t even use it. Plus, there is duration for it. But in this matter, we borrowed it from The Creator. And death, is the only way it would be expired. Now, why wasted it? To return back the time that were lent to us is by utilize it well. ‘Well’ here is defined as anything with the intention is only for Al-lah. Should you ask why? To feed the purpose on why Allah creates us and give us His time. Aren’t we’re created just to worship Him? So that’s it. Allah gives us His time, just for us to worship Him in this life, not to waste it.

“When we are born azan is given but no solat. When we die solat is prayed but no azan. The azan given at the time of our birth is the azan, for the solat prayed at the time of our death. That’s how short life is, the time between azan and so-lat.”

And then you die.

You no longer feel anything. You don’t even feel the ache. You no longer wish and plan and live. You are dead. Your limbs just can’t perform anymore actions; flexion, extension and etc. Even the neurons do not receive and transmit any impulse anymore. It’s not that you have kind of multiple sclerosis or what, you are just dead. And your heart no longer pumps existence into your cells in that you may breathe in and out. You are dead. Allah honors you with a community that can pray for your mercy. Allah honors you with loved ones that mourn for your loss. Allah honors you, even after your departure, by instilling grace in the hearts of men who may or may have not ever met you but pray for your safe. But then, we should remember, as time pass by, we will be forgotten. The one who mourn for our loss will then eventually start to busy with his own works again. Because we are no longer live, and no longer to be remembered.

Imam Malik Ibn Anas saw the Death Angel (Malak al-Maut) in his sleep, and the Imam asked him: “How much left for me to live?”The Angel pointed out to him with his five fingers opening his hand-palm. Then the Imam asked him: “Does that mean five years, or five months, or five days?” Before the Imam had a chance to get an answer back, he woke up. He immediately rushed to make his wudhu and pray two rak’at. He waited but nothing happened. He prayed al-Fajr and he waited. He prayed al-Duha and yet again nothing happened. The Imam went to Muhammad Ibn Sirin, a well -known interpreter of dreams. That man told him: “Ya Imam Malik, when the Angel pointed out to you with his five fingers, he did not mean five years or months or days. The Angel meant that your question was among the five matters that only Allah knows about.” 

And then, he recited that ayah

“Indeed, Allah [alone] has knowledge of the Hour and sends down the rain and knows whatis in the wombs. And no soul perceives what it will earn tomorrow, and no soul perceives in what land it will die. Indeed, Allah is Knowing and Acquainted.” [31:34]

When are we going to wake up brothers and sisters? When are we going to snap out of this lucid dream of a dunya and realize the existence of Allah is reality? When will we realize that our lifestyles don’t, in anyway, remind us of Allah? When will we realize that our righteous deeds and our evil deeds will be the only thing we’ll bring us to the grave? When will we realize that this life of shamelessness will only corrupt us? When will we awaken ourselves to the fact that we’re living in the soci-ety of entertainment, distraction, and useless temptation? We need to wake up now. Like, seriously, right now. We need to be mindful now, because if we’re brain dead now, we’ll only be awakening when the reality of death hits us. Ask our-selves, what if I die during this act? What if I die during deciding this? What if I die having this intention? What if My Lord meets me in this state? ... and then what?

Everyone would like to die in ‘husnul khatimah’ isn’t it? But then, we won’t know when will we die, and even where will it be. We just don’t know. Yes, we can’t choose how we die, but we can choose how we live. Wallahua’lam.

-MH

Too busy to realise?

              


    Bismillahirrahmanirrahim. All praises to Allah, for giving us another day to live, to breathe, to learn and to perform our duty as His servant. Thank you Allah for bestowing us with the biggest nikmah, (Islam and Faith) again today, that with these nikmah from Him, we are not living this live for vain purposes; (51:56), (2:30).So… friends, how is live going on right now? Stressful? Too hectic? Too much things to do in a short time? Stop nodding your head and let’s take a brief time to read this with your heart, ok? ;)

Do we realize that Allah has granted us with sooooo many great things? (From the small, tiny, little thing, like the O₂ that we breathe, to big thing like our hostel in GV or from something that we can see like our parents to something that’s invisible, like our feelings) Despite all the blessings that He has given us, we tend to fail in expressing our gratefulness. We nag when things don’t go our way. We get upset too easily when we are tested with difficulties. And that’s… clearly not how a real mu’min should behave.

So do not weaken and do not grieve, and you will be superior if you are [true] believers. (3:139)

I know Medical students are busy, with so many things to revise, to understand and to be memorized. Anatomy and Biochemistry need a lot of memorizations and Physiology needs understanding. But, do give yourself some room to reflect on everything that’s occurring around you. Allah didn’t create the trees, the sky, the moon and the sun, just for them to be there around us. He created them all so that we think. “

“Indeed, in the creation of the heavens and the earth and the alternation of the night and the day are signs for those of understanding.” (3:190)

 I remember a friend once told me, “Sometimes we don’t need big things to make us realize something, small things around us can change us too”. Let us see the world from a bigger field of view. Ants shouldn’t be just ‘another being on the planet’, but a group of those small creations should make us realize that a huge load can be carried if we’re working together. KLCC shouldn’t be just another tower that can be viewed from our hostel; instead it should tell us that if mankind can build something great like that, what about the Creator of the mankind? He must be a lot more superior then.

We are too ignorant. Too busy with our schedule that we don’t realize Allah is teaching and guiding us in every seconds of our life. It depends on us, to open our eyes wide or to shut them close to His signs. Our presence here in FPSK is not JUST a coincidence because we’ve accidently done a great job during our Tamhidi year. We are here because Allah wants us to be here. We don’t come here just to learn about human body, but we’re here because Allah knows that this is the best place where we will learn more about life and about this deen, Islam. So, treasure the moment and shoot for the wisdom. We don’t want to be just another doctor from an Islamic background, but we want to be doctors with Islamic values… right? So, let’s start from changing the way we think first! ^_^

Live your life for Him and you’ll find great things along the way to the end. I’ll end this by quoting a saying from a great, young doctor that change the way I look at things.

“I took Medicine not because I love the subjects, or not because my parents want me to do so and not even because of the glamorous title, but I wanted to be a doctor because Allah wants me to do so. And if it is not for Him, I wouldn’t be a doctor.”

 MH

·  

“Take-Five” Hanya Lima Minit

“Take-Five” Hanya Lima Minit

Dipena oleh: Mujtahid005

http://mfikr.co.cc

Apa nilainya hidup kita?

“Dan tidaklah kehidupan dunia itu melainkan permainan yang sia-sia dan hiburan yang melalaikan: dan demi sesungguhnya negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Oleh itu, tidakkah kamu mahu berfikir?” (Al-An’am: 32)

Itulah nilai kehidupan kita di dunia. Ibarat “take-five” yang sangat singkat sebelum kita berpindah kepada “serious business.” Memandangkan “ultimate reality” itu tersorok di balik kehidupan dunia yang menipu, terkadang kita akan tersalah tanggap; kita lupa bahawa selepas “take-five” ada dua jam lagi lecture yang menuntut fokus dan konsentrasi. Sepinggan nasi lemak semasa “take-five” mensyahidkan kita di dewan kuliah.

Terkadang kita terlupa bahawa dunia ini hanyalah tempat persinggahan, bukannya destinasi. 

Sabda Nabi Muhammad SAW:“Hiduplah di dunia seperti orang asing atau orang yang sedang bermusafir.” (HR Bukhari)

Bayangkan kita dalam perjalanan pulang ke kampung halaman, berhenti rehat dalam setengah jam di R&R. Apa yang kita buat? Basuh baju? Bina rumah? Tidak… cukup sekadar alas perut, minum kopi, qada hajat dan sebagainya, menghimpun daya untuk meneruskan perjalanan.

Itulah perumpamaan dunia, sekadar pusat R&R bagi sang musafir yang sedang menuju ke kampung halaman yang kekal abadi.

Dunia Ladang Akhirat

Islam tidak negatif terhadap dunia. Seorang yang beriman tidak menyisihkan dunia. Dia faham bahawa satu-satunya jalan ke akhirat adalah dengan melalui dunia. Dunia tetap merupakan nikmat daripada Allah Taala. Dengan dunia, kebahagiaan di akhirat dapat dikecapi. Para sahabat Rasulullah SAW telah berjaya mengecapi kehidupan dunia mengikut neraca Allah SWT. Hidup mereka di dunia seluruhnya merupakan amalan untuk akhirat.

 “(Ingatlah) bahawa kehidupan dunia (yang tidak berdasarkan iman dan takwa) hanyalah ibarat permainan dan hiburan; dan jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan kamu pahala amal kamu, dan Dia tidak meminta kepada kamu harta benda kamu (melainkan untuk memberikan kamu barang yang lebih baik daripadanya).” (Muhammad: 36)

Kecintaan mereka kepada akhirat melebih kecintaan kepada dunia. Lalu dengan itu Allah mengurniai mereka kejayaan di dunia dalam bentuk kemajuan, kemakmuran dan kekuasaaan, dan juga kejayaan di akhirat iaitu syurga-Nya yang tiada tandingannya.

Diriwayatkan bahawa Ali ibn Abi Talib RA pernah berkata:“Jadilah kamu anak-anak akhirat; memandang dunia melalui jendela akhirat.”

Pesanan menantu Rasulullah SAW ini menyarankan kita supaya memasang “filter” akhirat pada setiap pancaindera kita. Dengan itu, kita memandang dunia dengan satu pemikiran ukhrawi: “Boleh tak aku tambah saham akhirat dengan benda tu?” “Macam mana boleh aku transfer duit JPA masuk akaun akhirat?” “Boleh tak tenaga berfutsal aku convert jadi tenaga akhirat?” “Kat akhirat nanti, apa yang aku boleh benefit daripada study aku sekarang ni?”

Subhanallah. Memang terbaik kalau kita semua dapat berfikir macam ni. Masalahnya kita umat akhir zaman ni, ada satu penyakit.

Cinta dunia, takut mati.

Jika kita pandang daripada sisi lain, bunyinya begini: cintakan nafsu (diri sendiri), takut berkorban (untuk orang lain).

Kita selalu “selfish”. Kita selalu mengutamakan kehendak kita berbanding kehendak orang lain. Kita abaikan laungan “erti hidup pada memberi”. Kita lupa bahawa Allah ciptakan kita sebagai khadim untuk Ummah, bukan merajakan diri sendiri. Kita sering memanjakan diri. Kita makan bila kita nak makan. Kita tidur bila kita nak tidur. Kita main bila kita nak main. Kita belajar bila kita nak belajar. Kita suka ikut suka hati kita. Kita jarang fikir untuk menyukakan hati orang. Kita sering berfikir, “Akulah yang paling tahu tentang diri aku.” Kita lupa untuk berfikir, “Makan, tidur, main, belajar aku ni… Allah redha tak?”

Kita sering berfikir superficially. Kita selalu lupa dosa pahala yang profundal kepada amal-amal kita. Kita selalu sangat lupa bahawa kita akan mati. Bila-bila masa sahaja boleh. Mungkin semasa kita berfutsal sedang azan berkumandang. Mungkin semasa kita tidur dalam dewan kuliah. Mungkin semasa kita berbual rancak dengan kawan berlainan jantina. Mungkin semasa kita asyik dengan movie atau drama Korea. Mungkin semasa kita terangguk-angguk dengan earphone di telinga. Mungkin semasa kita ralit dengan games di handphone. Mungkin semasa kita sibuk mengulang Anatomy sebelum sempat menunaikan solat Maghrib. Mungkin semasa kita leka menghabiskan masa dengan Internet browsing. Mungkin tak sempat pun kita habiskan artikel ni. Kita lupa akan kehidupan selepas mati. Kita lupa bahawa susah senang kehidupan itu bergantung kepada makan, tidur, main, belajar kita sekarang.

Kita lupa bahawa “take-five” itu hanya lima minit sahaja, dan lima minit itu menentukan syurga neraka yang kekal selamanya.

Solusinya?

Mikroskop hati kita, dan gunakan eluent tilawah & zikrullah untuk menanggalkan segala titik dosa yang ter-adsorb padanya. Proses penyucian jiwa ini merupakan satu proses yang berterusan... “dan sembahlah Tuhanmu sehingga datang kepadamu ‘al-Yaqin’ (mati).”

Kuasa Kematian

Kuasa Kematian

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.n(Al-Ankabut : 57)

Kita sering kali mendengar kisah-kisah tokoh yang banyak menyumbang kepada dunia. Mereka ini adalah figura-figura masyarakat yang mana setiap kata-kata, tindakan dan akhlak mereka menjadi perhatian umum. MH kali ini ingin berkongsi kisah mengenai seorang lelaki yang bernama Steve Jobs. Ikhwah dan akhawat fillah, beliau merupakan salah seorang manusia yang matinya ditangisi, bukan oleh ahli keluarganya sahaja, bahkan di seluruh dunia. Hebat bukan? Kematiannya merupakan satu kehilangan kepada dunia bagi sesetengah orang. Apa yang menjadikan Steve seorang yang hebat? Tidak lain dan tidak bukan, beliau adalah orang yang menicpta gadjet-gadjet yang menjadi kegilaan ramai seperti iPod, iPhone, iPad dan lain-lain. Jumlah jualan gadjet-gadjet ini sangat menguntungkan. Pada Januari 2011, Apple, melaporkan pulangan sebanyak 7100 000 000 dolar Amerika yang mana 48% hasil tersebut disumbangkan oleh penjuaalan iPod.

Member2 sekalian,

Sesungguhnya gadjet-gadjet luar biasa ini hanyalah direka oleh orang biasa, manusia seperti kita. Apple yang diterajui oleh Steve maju ketika mana Steve mengetahui bahawa beliau menghidapi canser pankreas.  Sejak itulah, Apple hadir dengan gadjet-gadjet yang mendapat sambutan luar biasa daripada masyarakat dunia.  Inilah bukti KUASA KEMATIAN. Steve menanggap bahawa hayatnya sudah tidak lama, dan beliau berazam untuk memberi sesuatu kepada dunia.

Remembering that I'll be dead soon is the most important tool I've ever encountered to help me make the big choices in life.

Steve Jobs, Stanford Commencement Adress, 2005

KUASA KEMATIAN

Itulah rahsia disebalik kehebatan Steve Jobs iaitu mengingati mati. Apple bukanlah satu syarikat yang sangat terkenal seperti sekarang, pencapaian hebat mereka hanyan muncul selepas Steve tahu bahawa hayatnya tidak lama. Anjakan paradigma yang dilakukan oleh Steve Jobs dengan rekaan-rekaan baru telah melonjakkan nama Apple dalam industri teknologi.

Sahabat2, seseorang telah mebuktikan bahawa kematian merupakan satu kuasa pendorong yang sangat hebat. Malangnya kite selaku umat Islam tidak melihat perkara ini dengan serius dan insaf. Sifat-sifat sebenar seorang Muslim kebanyanyakannya diamalkan oleh sang kafir. Its now-or-never and this is d0-or-die mission for us to reassess ourselves !!!

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam (2:102)